Selasa, 09 Maret 2010
KRAKATAU adalah gunung berapi yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Gunung berapi ini pernah meletus pada tanggal 26 Agustus 1883. Letusannya sangat dahsyat dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa.Sampai tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat. Suara letusan gunung Krakatau sampai terdengar di Alice Springs, Australia dan pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali dari bom atom yang meledak di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York. Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toha dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit.
Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat. Sains dan teknologi berkembang. Telegraf sudah ditemukan dan kabel bawah laut sudah dipasang sehingga teknologi informasi saat itu sedang tumbuh dan berkembang pesat. Tercatat, letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut.
Namun kemajuan teknologi tersebut sayangnya tidak diimbangi dengan kemajuan di bidang Geologi yang justru berjalan lambat. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan tentang letusan tersebut.
Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, Para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di selat sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau purba. yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik. Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yand diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya yakni berbunyi, Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera.
Menurut pakar Geologi, B.G. Escher, dan beberapa ahli lainnya mengatakan berasal dari Gunung Krakatau purba yang dalam teks tersebut disebut Batuwara.
Namun kemajuan teknologi tersebut sayangnya tidak diimbangi dengan kemajuan di bidang Geologi yang justru berjalan lambat. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan tentang letusan tersebut.
Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, Para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di selat sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau purba. yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik. Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yand diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya yakni berbunyi, Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera.
Menurut pakar Geologi, B.G. Escher, dan beberapa ahli lainnya mengatakan berasal dari Gunung Krakatau purba yang dalam teks tersebut disebut Batuwara.
Menurut buku Javanese Book of Kings, tinggi gunung krakatau purba ini mencapai 2000 meter diatas permukaan laut. Lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer. Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai [[Pulau Rakata]], Pulau Panjang dan pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata kecil dan Pulau Sertung. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung jawab atas terjadinya abad kegelapan dimuka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi. Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban South Arabian, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka teki.
Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan mass dicharge 1 juta ton per detik, Ledakan telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun. Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Rakata yang terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyati dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.
Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan mass dicharge 1 juta ton per detik, Ledakan telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun. Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Rakata yang terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyati dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.
Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-28 Agustus 1883.